Cerita di Balik Prosesi Panggih: Momen Sakral Pertemuan Pertama Pengantin Jawa.

Setelah janji suci terucap dalam khidmatnya akad nikah, ada satu momen yang dinantikan dengan debaran jantung oleh semua yang hadir: inilah pertemuan pertama kedua mempelai sebagai suami dan istri. Dalam tradisi Jawa, pertemuan ini bukanlah sekadar berjalan menghampiri. Ia adalah sebuah drama simbolis yang kaya akan makna, sebuah tarian ritual indah yang disebut Prosesi Panggih. Setiap langkah, gestur, dan benda yang digunakan adalah sebuah doa yang diwujudkan.

Rangkaian Cerita Panggih: Adegan demi Adegan

Kini, mari kita selami setiap adegan dalam drama agung ini, dan temukan cerita indah tentang cinta, tanggung jawab, serta harapan yang tersimpan di dalamnya.

1. Penyerahan Sanggan: ‘Tiket Masuk’ Sang Pangeran

Cerita dimulai saat rombongan mempelai pria tiba di gerbang kediaman mempelai wanita. Sebelum melangkah lebih jauh, seorang utusan akan menyerahkan “Sanggan”, sebuah bingkisan simbolis berisi pisang raja, sirih ayu, dan kembang telon.

Makna di baliknya: Anggaplah ini sebagai “tiket masuk” atau tebusan simbolis dari sang pria untuk menjemput sang wanita dari keluarganya. Pisang Raja melambangkan harapan akan kemuliaan, dan sirih ayu menjadi simbol harapan akan keselamatan.

2. Kembar Mayang: Mengawal Langkah Suci

Setelah Sanggan diterima, dua hiasan janur yang indah bernama Kembar Mayang akan dibawa keluar dari kediaman mempelai wanita. Hiasan ini kemudian akan mengiringi seluruh prosesi pertemuan pengantin.

Makna di baliknya: Kembar Mayang menjadi simbol penyatuan dua jiwa. Lebih dari itu, ia juga berperan sebagai “senjata” simbolis untuk menolak segala rintangan, memastikan jalan kedua mempelai menuju kehidupan baru senantiasa aman dan lancar.

3. Balangan Gantal: Perang Cinta yang Manis

Selanjutnya, panggung mempersembahkan adegan pertama yang mempertemukan kedua mempelai. Sambil tersenyum, mereka akan saling melemparkan lintingan daun sirih (Gantal).

Makna di baliknya: Lemparan ini melambangkan pertemuan dua hati. Lemparan dari mempelai pria mencurahkan cinta, sementara lemparan dari mempelai wanita menunjukkan bakti dan kesetiaan. Inilah “perang cinta” pertama mereka yang penuh makna.

4. Wiji Dadi & Ranupada: Benih Kehidupan dan Bakti Istri

Setelah perang cinta usai, datanglah ritual yang menjadi fondasi rumah tangga. Sang mempelai pria akan menginjak sebutir telur mentah (Wiji Dadi), lalu dengan anggun, mempelai wanita akan membasuh kaki suaminya dengan air kembang (Ranupada).

Makna di baliknya: Wiji Dadi adalah doa visual agar pasangan segera memperoleh keturunan. Prosesi Ranupada yang dilakukan sang istri kemudian menjadi simbol baktinya dan kesiapannya untuk mendampingi suami.

5. Junjung Drajat: Mengangkat Martabat Pasangan

Setelah sang istri selesai membasuh kaki, sebuah gestur penuh makna pun menyusul. Sang suami akan dengan lembut membantu istrinya berdiri dengan mengangkat kedua lengannya.

Makna di baliknya: Gestur sederhana ini menyimpan janji besar seorang suami untuk selalu menjunjung tinggi derajat dan martabat istrinya sepanjang hidup mereka. Ia akan mengangkat dan menghormati pasangannya dalam setiap keadaan.

6. Sinduran & Lampah Pradak Sinak: Tuntunan Orang Tua

Kini, orang tua mengambil peran. Ayah mempelai wanita akan menyampirkan kain Sindur di pundak kedua mempelai, lalu menuntun mereka berjalan perlahan (Lampah Pradak Sinak) menuju kursi pelaminan.

Makna di baliknya: Prosesi ini menjadi simbol bahwa bimbingan dan restu orang tua akan senantiasa menyertai setiap langkah anak-anaknya dalam memasuki babak kehidupan yang baru.

7. Kacar-Kucur: Mengalirnya Nafkah dan Kepercayaan

Setibanya di pelaminan, prosesi berlanjut pada simbol tanggung jawab. Mempelai pria akan mengucurkan campuran biji-bijian, koin, dan beras (tampa kaya) ke dalam kain yang ditadahkan oleh mempelai wanita.

Makna di baliknya: Ini adalah simbol tanggung jawab suami dalam memberikan nafkah. Tindakan sang istri yang menerima dengan hati-hati melambangkan perannya sebagai manajer keuangan yang cermat dan dapat dipercaya.

8. Dhahar Klimah: Janji Saling Merawat

Sebagai puncak ritual kebersamaan, datanglah momen saling berbagi. Kedua mempelai akan saling menyuapi nasi kuning sebanyak tiga kali.

Makna di baliknya: Gestur Dhahar Klimah ini melambangkan janji hening untuk saling merawat, menopang, dan bekerja sama dalam suka maupun duka untuk mencapai kemakmuran bersama.

9. Sungkeman: Puncak Bakti dan Mohon Restu

Sebagai adegan penutup prosesi panggih, kedua mempelai akan bersimpuh di hadapan kedua pasang orang tua secara bergantian.

Makna di baliknya: Sungkeman menjadi gestur bakti dan permohonan maaf yang paling mendalam. Inilah momen di mana kedua mempelai memohon doa restu untuk memulai kehidupan baru mereka, sekaligus menjadi simbol di mana orang tua secara tulus melepaskan anak mereka.

Pada akhirnya, Prosesi Panggih adalah sebuah cerita indah yang diwujudkan dalam ritual. Di Avinci, keahlian kami adalah merangkai cerita tersebut, memastikan setiap momen sakral dalam pertemuan pertamamu terekam abadi dengan sempurna.

Rate this post

Tinggalkan komentar