Di dunia pernikahan luxury, hampir semuanya bisa dibeli.
Kamu mau dekorasi bunga impor senilai ratusan juta? Bisa diatur. Kamu mau gaun rancangan desainer Paris? Tinggal gesek kartu. Kamu mau menggelar pesta di ballroom hotel bintang lima? Asal ada budget, tanggal bisa dikunci.
Tapi ada satu hal yang tidak bisa dibeli dengan uang sebanyak apapun: Upacara Pedang Pora.
Bagi klien Avinci dari kalangan TNI dan POLRI, tradisi ini bukan sekadar pamer seragam. Ini adalah pembuktian. Ini adalah simbol kasta tertinggi dalam pernikahan yang hanya bisa didapatkan lewat keringat, air mata, dan pengabdian bertahun-tahun sebagai perwira.
Inilah mengapa momen hunusan pedang itu selalu memiliki aura magis yang berbeda dari prosesi pernikahan manapun.
Isi Konten
Kehormatan yang Diperjuangkan, Bukan Disewa
Berbeda dengan tarian hiburan yang penarinya bisa disewa, pasukan Pedang Pora adalah rekan sejawat—para perwira muda yang berdiri di sana karena rasa hormat (loyalitas korps), bukan karena bayaran.
Saat kamu berjalan melewati lorong pedang yang berkilau itu, kamu sedang memvalidasi perjuangan pasanganmu.
Kamu sedang memberi tahu dunia: “Suamiku telah ditempa oleh pendidikan negara yang keras, dan hari ini negara memberikan penghormatan tertinggi untuknya.”
Rasa bangga inilah yang membuat bulu kuduk tamu undangan merinding. Aura “mahal”-nya muncul dari nilai perjuangan, bukan nilai rupiah.

Gapura Pelindung Rumah Tangga
Secara harfiah, Pora (atau Pura) berarti Gapura.
Saat barisan pedang terhunus membentuk atap di atas kepala pengantin, itu adalah simbol perlindungan. Langit-langit pedang itu bermakna bahwa dalam mengarungi bahtera rumah tangga, Tuhan Yang Maha Esa dan jiwa ksatria suami akan selalu menjadi pelindung dari segala marabahaya.
Ini adalah janji visual yang sangat kuat. Bahwa di balik kelembutan pesta pernikahan, ada kekuatan besar yang siap menjaga keluarga barumu.
Penerimaan Sakral Sang Istri
Momen paling emosional biasanya terjadi saat formasi lingkaran atau “Payung Pora”.
Di sinilah sang istri resmi diterima. Bukan hanya diterima oleh suami, tapi diterima oleh Negara dan Korps.
Penyematan cincin atau seragam persatuan istri (Persit, Jalasenastri, PIA Ardhya Garini, atau Bhayangkari) di tengah upacara adalah simbol transisi identitas.
Detik itu juga, kamu bukan lagi sekadar wanita sipil biasa. Kamu adalah pendamping abdi negara. Ada beban sekaligus kebanggaan baru di pundakmu. Seringkali, di momen inilah tangis haru pecah—bukan karena sedih, tapi karena besarnya rasa tanggung jawab dan kehormatan yang diterima.
Tantangan: Antara Protokoler Kaku & Pesta Cair
Menggelar Pedang Pora itu tricky. Salah sedikit, bisa fatal karena ini menyangkut tata upacara militer yang kaku.
Tantangan terbesarnya adalah menyatukan dua dunia: Protokoler Militer yang tegas, dengan Pesta Resepsi yang cair dan hangat.
Di Avinci Wedding Planner, kami bertindak sebagai “Penjaga Harmoni”.
- Kami memastikan lighting menyorot dramatis tepat ke arah pedang, bukan ke wajah komandan pasukan (agar tidak silau).
- Kami berkoordinasi dengan MC agar tone suara berubah dari pesta ceria menjadi khidmat dan berwibawa saat pasukan masuk.
- Kami mengatur flow tamu VIP agar tidak memotong jalur pasukan pedang.
Kami memastikan kesakralan militermu tidak terganggu oleh hal teknis sepele.

Wujudkan “Royal Wedding” Militer Tanpa Celah
Pernikahan militer adalah soal presisi dan wibawa. Jangan biarkan miss-komunikasi teknis mengurangi kemegahan momen sekali seumur hidup ini.
Avinci Wedding Planner berpengalaman menangani pernikahan perwira dari berbagai matra (AD, AL, AU, POLRI). Kami siap mengawal tradisi korps-mu dengan standar hospitality terbaik.