Pranikah Pernikahan Adat Jawa | Prosesi pernikahan adat seringkali dianggap ribet karena tahapannya yang cenderung banyak dan panjang, Salah satunya adalah prosesi pernikahan adat Jawa yang disetiap prosesinya mengandung makna dan harapan baik bagi pasangan pengantin.
Dalam adat Jawa sebelum masuk ke rangkaian akad dan resepsi, ada beberapa rangkaian prosesi pranikah yang harus dilalui terlebih dahulu. Apa saja yaa? yuk kita bahas serangkaian prosesi pranikah pernikahan adat Jawa beserta maknanya.
Isi Konten
Prosesi Pasang tarub, bleketepe, dan tuwuhuan
Pasang tarub, bleketepe, dan tuwuhuan merupakan awal rangkaian dari prosesi pranikah pernikahan dalam adat Jawa. Pemasangan tarub bersamaan dengan memasang bleketepe berupa anyaman daun kelapa sebagai penanda bahwa di rumah tersebut sedang melakukan acara pernikahan.
Sedangkan tuwuhan dipasang di gerbang kanan dan kiri yang biasanya berisi tumbuh-tumbuhan seperti pisang raja, kelapa muda, batang padi, dan janur.
Prosesi ini memiliki makna sebagai harapan untuk pasangan yang akan segera menikah agar memperoleh keturuan yang sehat, berbudi baik, berkecukupan dan selalu bahagia.
Baca juga
12 Tradisi Pernikahan Cina Yang Harus kamu Ketahui | By Avinci Chinese Wedding Planner
Prosesi Sungkeman
Sungkeman dalam pernikahan merupakan momen yang paling mengharukan bagi kedua keluarga mempelai, momen itu juga menjadi kesempatan bagi anak untuk mengucapkan kata maaf dan terima kasih kepada kedua orang tuanya.
Pada prosesi ini, orang tua duduk pada posisi yang lebih tinggi, sedangkan kedua mempelai pengantin bertumpu pada lutut di lantai. Hal tersebut dilakukan sebagai bentuk penghormatan kepada orang tua yang telah membesarkan mereka hingga hari pernikahan tiba.
Prosesi Siraman
Buat orang Jawa, pasti udah nggak asing sama salah satu bagian dari rangkaian prosesi yang harus dilakukan dalam upacara pernikahan adat jawa, yaitu siraman.
Ritual ini dimaknai sebagai penyucian diri atau pembersihan diri calon mempelai yang dilakukan oleh kedua orang tua dan dilanjutkan para kerabat dekat yang dituakan sebelum upacara sakral pernikahan esok hari.
Prosesi Dodol Dawet
Dodol dawet ini merupakan prosesi setelah siraman, yang dimana ibu dari calon pengantin akan berjualan dawet kepada tamu undangan sambil dipayungi oleh suaminya.
Tamu undangan yang membeli dawet pun harus membayar dengan kreweng, yaitu uang yang terbuat dari tanah liat sebagai simbol kehidupan manusia yang berasal dari tanah.
Dodol dawet sendiri diyakini sebagai wujud kebulatan tekad dari orang tua calon mempelai untuk melepaskan anaknya menjalani hidup baru serta prosesi ini juga dimaksudkan untuk mengajarkan pada calon pengantin agar saling membantu saat mencari nafkah nantinya.
Prosesi Midodareni
Prosesi ini dilakukan di kediaman mempelai wanita yang mengharuskan calon mempelai wanita berdiam diri di kamar untuk dirias.
Calon pengantin wanita akan ditemani oleh sang ibu dan kerabat dekat yang kemudian ditanyai perihal kesiapannya berumah tangga oleh keluarga dari calon mempelai pria.
Dalam prosesi ini, calon mempelai pria ikut datang tapi kedua calon manten ini tidak boleh bertemu sama sekali. Ada yang bilang agar tumbuh rasa rindu dan takjub pada kecantikan calon istrinya yang bak bidadari saat bertemu dalam proses ijab keesokan harinya.
Prosesi Srah-Srahan di Malam Midodareni
Calon mempelai pria beserta keluarga datang ke kediaman calon mempelai wanita pada malam midodareni ini juga dimaksudkan untuk memberikan srah-srahan ke krumah calon mempelai wanita.
Srah-srahan ini pada umumnya berisi segala kebutuhan calon pengantin wanita dan ada juga srah-srahan berupa buah-buahan atau makanan tradisional.
Walaupun terkesan ribet, tapi keenam rangkaian prosesi pranikah dalam adat Jawa ini masih tetap diterapkan karena memang lekat dengan filosofi, makna, harapan serta doa yang dalam di setiap tahapannya.
Satu pemikiran pada “Rangkaian Prosesi Pranikah Dalam Pernikahan Adat Jawa”