Isi Konten
Pernikahan Adat Jawa
Pernikahan Adat Jawa – Identik dengan kain batik, motif batik memiliki arti tersendiri yang terkandung dalam setiap garis dan titik. Dua elemen ini lantas menjadi benang penyatu dua ruh manusia yang menghadirkan cinta.
Dalam Upacara Pernikahan Jawa motif batik yang dipakai pun berbeda-beda, begitu pula motif batik yang dikenakan pengantin dan orang tua. Dengan adanya peran Wo di Jogja akan membantu dan memudahkan pasangan yang ingin menikah dengan adat jawa.
Mengapa motif kain pengantin dan orang tua harus dibedakan? dan apa filosofi dibalik motif kain batik tersebut?
Motif Batik Untuk Mempelai Pengantin
Dibalik motif batik pengantin ada makna yang mendalam, masyarakat jawa percaya dan meyakini, bahwa makna yang terkandung dalam lambang kain batik dengan motif tertentu, tidak boleh sembarangan.
Sebab hal ini akan mempengaruhi kehidupan pengantin di masa depan. Ada beberapa motif batik untuk pengantin, sebagai berikut ;
- Sido Mulyo, digunakan oleh kedua mempelai pada saat pernikahan dengan makna agar kedua mempelai hidup bahagia, sejahtera, mulia, dan dilimpahkan rejeki yang cukup.
- Sido Asih, batik ini juga dikenakan oleh mempelai wanita pada saat malam pesta pernikahan. Makna di balik motif ini adalah agar hidup rumah tangga kedua mempelai senantiasa dipenuhi kasih sayang.
- Sido Wirasat, motif batik ini punya makna sebuah nasehat yang diberikan oleh orang tua untuk menuntun kedua mempelai dalam memasuki bahtera hidup rumah tangga. Di motif ini biasanya bersandingan juga dengan motif batik truntum.
Motif Batik Untuk Orang Tua Pengantin
Begitu pula dengan motif batik untuk orang tua memiliki makna yang baik, ada beberapa motif batik untuk orang tua pengantin diantaranya;
- Batik truntum, berasal dari kata tumaruntum yang artinya adalah menuntun. Orang tua pengantin menggunakan batik motif ini agar orang tua mampu menuntun dan memberi contoh kepada putra-putrinya dalam memasuki kehidupan rumah tangga.
- Batik grompol, dalam bahasa Jawa artinya adalah bersatu. Kain batik motif ini biasanya dipakai saat upacara pernikahan. Motif ini melambangkan harapan bahwa ketika sang putra-putri sudah menjalani kehidupan berumah tangga, semua hal baik seperti rejeki, kebahagiaan, kerukunan, dan ketentraman akan berkumpul menjadi satu dalam rumah keduanya.